Kemanusiaan manusia itu bisa tergambar pada saat pemilihan Paus pada konklaf 2025 yang lalu. Mayoritas manusia, atau manusia mainstream pada umumnya, masih menganggap bahwa pemilihan Paus adalah seperti sebuah jabatan atau tahta keduniawian.
Ini pendapat pribadi saya menilai dari gambaran umum yang muncul dari postingan sosial media, artikel² berita yang muncul ketika membahas siapa suksesor Paus berikutnya atau penerus Bapa Suci Paus Fransiskus.
Bapa Suci Paus Fransiskus dimata dunia memberikan standar 'tinggi' bagi sesama manusia. Jadi secara umum mayoritas umat, berharap penggantinya sesuai dengan keinginan manusia dan dunia.
Rata² manusia berpikir keterpilihan Tahta Suci ini seperti jabatan politis. Sehingga banyak yang berpikir bahwa keterpilihan seorang Kardinal menjadi Paus itu bak seperti dukung mendukung saat pemilihan presiden, kepala daerah, ketua organisasi dll., "saya dukung si A karena begini, oh ya saya dukung si B karena begini, wah saya gak bisa, saya harus dukung C karena A dan B begitu."
Itulah kira² gambaran keinginan² manusia secara umum ketika pada proses sebelum terpilihnya Bapa Suci Paus Leo XIV.
Bahkan ini tergambar pada bursa judi, dimana bursa judi merilis nama² Kardinal yang mungkin menjadi Paus terpilih pada konklaf 2025, nama² Kardinal ini dijadikan bahan taruhan. Judi adalah lambang keduniawian, simbol keinginan² manusia yang memaksa bahwa semuanya harus seperti ini, seperti keinginan manusia.
Tapi apa yang terjadi, nama² Kardinal dalam bursa taruhan judi ini tidak bisa memaksa keinginan Ilahi, bahwa keinginan Ilahi itu punya cara-Nya sendiri yang tidak bisa diatur oleh manusia.
Padahal dalam Injil tertulis bahwa tidak ada seorang pun yang tahu akan masa depan, seperti tertulis dalam Matius 24: 36.
"Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri."
Memang ini adalah bentuk kewajaran bahwa manusia itu sangat duniawi. Bahkan mungkin, harapan semua umat masing² negara, berharap Kardinal dari negaranya bisa terpilih menjadi Paus.
Ini pun terjadi di Indonesia. Padahal, Kardinal Ignatius Suharyo di beberapa kesempatan menyampaikan peluangnya adalah 0,0%, dan jika ada keinginan untuk menjadi Paus itu sebenarnya adalah hal yang bodoh, karena menjadi Paus bukan suatu keinginan seperti menduduki jabatan dunia, intinya seperti itu.
Kardinal Ignatius Suharyo:
"Peluang saya nol koma nol persen."
"Kalau orang bercita-cita menjadi Paus, maaf ya, itu bodoh."
Tapi dasarnya manusia masih saja berpikir demikian, banyak media sosial merilis kandidat² Kardinal yang akan jadi Paus baru.
Padahal seharusnya hal ini tidak perlu. Namun jika itu dilakukan oleh awam yang non Katolik bisa dianggap wajar, karena mereka tidak paham. Tetapi bagi orang Katolik seharusnya menjauhkan diri dari pikiran itu, lebih baik berdoa untuk penyertaan Tuhan dalam proses konklaf, biar Yesus sendiri yang memilih siapa yang pantas, sama seperti Yesus yang memilih Simon Petrus sebagai pemimpin para murid dari antara 12 murid-Nya.
Setelah saya melihat rilisan bursa judi atas kandidat Paus dan ternyata tidak ada nama Robertus Fransiscus Prevost di sana, saya jadi sadar bahwa saya salah¹ bagian dari manusia² mainstream, bahwa terkadang kita terbawa arus pada memprediksikan sesuatu seolah-olah kita mampu membaca masa depan, padahal masa depan itu kehendak Allah. Kita hanya bisa mempersiapkan masa depan itu, salah¹ nya dengan usaha dan doa. Tapi dalam perihal pemilihan Paus baru, ranah kita hanyalah berdoa.
Ini jadi bahan refleksi bahwa keinginan kita bukanlah keinginan Allah, Allah tahu apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Jika memang ada keserupaan dengan yang kita inginkan, percayalah itulah yang kita benar² butuhkan, bukan inginkan.
Dalam perspektif ini kita perlu lebih memahami makna dari apa yang kita butuhkan dan inginkan, memang terlihat serupa tetapi sebenarnya berbeda. Allah sangat tahu apa yang kita butuhkan. Persiapkanlah dengan berdoa untuk masa depan yang tidak kita ketahui, dan percayalah Tuhan akan menyertai kita sampai akhir jaman. -cpr
#onedayonepost
#refleksi
#renungan
#iman
#opini
0 Komentar
Tinggalkanlah jejak dengan berkomentar, maka saya akan berkunjung balik.
Jangan lupa difollow ya.
Terima kasih, berkah dalem. GBU