Mengenal perkembangan gereja di daerah lain sangatlah menarik, beberapa hari lalu saya memposting tentang gereja di Yerusalem, karena rasa penasaran saya gereja yang dibangun di lokasi peristiwa Simon Petrus menyangkal Yesus 3x.
Kali ini saya dibuat tertarik pada artikel berita, yang mengulas kebaikan Hamad bin Isa Al Khalifa. Beliau ini diceritakan menghibahkan tanah untuk pembangunan gereja seluas 9000 meter persegi.
Kalau dari namanya beliau bukan orang Kristiani dan juga menyumbangkan tanah yang tidak kecil pasti beliau bukan orang sembarangan. Memang benar ternyata beliau adalah seorang Raja Bahrain, pemimpin tertinggi dari negara Bahrain, salah¹ negara di timur tengah.
Lambang dari Vikariat Apostolik Arab Utara, yang menjadi naungan Gereja Katolik di wilayah Bahrain. Gambar diambil dari Google
Gereja Katolik di negara Bahrain merupakan bagian dari Gereja Katolik di seluruh dunia, di bawah kepemimpinan Tahta Suci Vatikan, Bapa Paus, Uskup Roma.
Gereja Hati Kudus ini yang dibangun di Bahrain termasuk ke dalam gereja Katolik pertama yang dibangun di kawasan Teluk Persia pada jaman modern pada tahun 1939 dari tanah yang diberikan oleh Emir Bahrain kala itu. Gereja ini melayani 140.000 umat Katolik di sana.
Gereja Hati Kudus Bahrain ini berada di Kota Al-Manamah, ibukota Bahrain. Gereja ini dikonsekrasikan pada 3 Maret 1940. Gereja ini masuk ke dalam wilayah Vikariat Apostolik Arab Utara yang berpusat di Kuwait, dimana menaungi beberapa negara diantaranya Arab Saudi, Kuwait, Bahrain dan Qatar.
Negara Bahrain sendiri menjalin hubungan diplomatik dengan Vatikan sejak tahun 1999.
Pada tahun 2008, Paus Benediktus XVI meminta tanah untuk pendirian gereja, dan Raja Bahrain Hamad bin Isa Al-Khalifa memberikan sebidang datang seluas 9000 meter persegi untuk dibangun gereja Katolik terbesar di Semenanjung Arab.
Pada 19 Mei 2014, Raja Bahrain bertemu dengan Bapa Paus Fransiskus di Istana Apostolik di Vatikan, untuk mempresentasikan skala model gereja yang akan dibangun. Sebagai komitmen Kerajaan Bahrain terhadap toleransi dan koeksistensi.
Gereja ini dibangun selama 7 tahun lamanya, selesai pembangunan pada 5 November 2021 dan bisa diresmikan pada 10 Desember 2021. Kapasitas gereja ini dapat menampung 2300 umat.
Batu pondasi dari gereja katedral ini diambil dari Pintu Suci Basilika Kepausan Santo Petrus di Vatikan, diberikan kepada umat Arab sebagai tanda persatuan yang mendalam dengan Takhta Roma.
Desain katedral ini dirancang dan diarsiteki oleh arsitek asal Italia, Mattia Del Prete dan Cristiano Rosponi. Desainnya menyerupai tenda, mengacu pada "kemah pertemuan" atau tabernakel pada jaman Musa, seperti yang tertulis di Perjanjian Lama.
Gereja Katolik ini bernama Katedral Bunda Maria dari Arabia, berlokasi di daerah bernama Awali, Bahrain. Katedral ini menjadi tahta Vikariat Apostolik Arab Utara yang sebelumnya berada di Kuwait.
Gereja katedral Bahrain ini memilih nama pelindung Bunda Maria dari Arabia sebagai bentuk devosi pada Santa Perawan Maria. Gelar Bunda Maria dari Arabia ini disetujui pada tahun 1948 lalu kemudian dibangunlah kapel kecil di Al Ahmadi, Kuwait pada 8 Desember 1948 didedikasikan untuk Bunda Maria dari Arabia. Tahun 2011, Takhta Suci mengumumkan bahwa Bunda Maria dari Arabia menjadi santa pelindung vikariat apostolik di Kuwait dan seluruh Jazirah Arab.
Ini dia penggambaran Bunda Maria dari Arabia yang menjadi pelindung Katedral Bunda Maria dari Arabia. Santa Perawan Maria dari sudut pandang umat Katolik wilayah Jazirah Arab. Gambar diambil dari Google
Sebelum itu Bunda Maria dari Arabia sudah secara resmi menjadi santa pelindung utama untuk Kuwait dan vikariat apostolik Arabia berdasarkan dekrit Regnum Mariae yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII pada 25 Januari 1957. Tapi ditahun 2011 ditambahkan untuk seluruh Jazirah Arab dan itulah kenapa nama pelindung katedral Bahrain menggunakan nama yang sama.
Ternyata pembangunan gereja katedral ini tidaklah berjalan mulus, serupa seperti yang terjadi di Indonesia. Penolakan atas pembangunan gereja ini pun terjadi di Bahrain.
Ulama garis keras menentang pembangunan kompleks gereja. Lebih dari 70 ulama menandatangani petisi yang menyatakan bahwa pembangunan gereja di Jazirah Arab dilarang. Namun pemerintah Bahrain merespon itu dengan ketegasan atas keputusan mereka menjunjung tinggi kerukunan beragama. Pemerintah memerintahkan pemindahan seorang ulama terkemuka, Sheikh Adel Hassan al-Hamad, keluar dari masjidnya sebagai tanggapan atas oposisi.
Tapi gereja ini telah berdiri kini dan melayani umat di wilayah Bahrain. Berbeda dengan di Indonesia dimana gereja Katolik ada disetiap Kabupaten/ Kota dan tiap keuskupan melayani banyak paroki dan paroki melayani banyak stasi. Meski begitu, kondisi serupa terjadi dimana pembangunan gereja selalu jadi masalah dimana pun berada.
Ini seperti yang tertulis dalam Kitab Mazmur 118: 22:
Batu yang ditolak oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
Jadi jangan heran jika umat Nya akan terus mengalami kesulitan dalam membangun gereja Nya dimana pun berada. Tapi justru itulah yang harus dihadapi, bahkan Yesus sendiri telah menunjukannya melalui kehidupan dan kisah sengsara Nya di kayu salib.
Namun terpenting adalah terima kasih atas Raja Bahrain yang menanggapi permintaan Bapa Paus Benediktus XVI dan dengan sukarela menghibahkan tanah yang tidak sedikit untuk pembangunan Gereja Katerdal Bunda Maria dari Arabia ini.
Segitu saja sharing informasinya, semoga bisa menambah informasi seputar gereja. Meskipun sedang libur lebaran dan tahun ini tidak kemana-mana, dengan membuat resume seperti ini saya seperti berasa diajak jalan² ke tempat tujuan yang ingin saya ketahui dan ini saya pergi ke Bahrain secara virtual, berziarah ke sana untuk mengetahui sedikit sejarah berdirinya gereja di salah satu negara di Semenanjung Arab, Bahrain.
Berkah dalem, syaloom, Tuhan memberkati kita semua. Amin. -cpr
#onedayonepost
#informasi
#bundamariadariarabia
#katedralbahrain
#rajabahrain
#pausbenekdiktusxvi
#pausfransiskus
#vikariatapostolikarabutara
0 Komentar
Tinggalkanlah jejak dengan berkomentar, maka saya akan berkunjung balik.
Jangan lupa difollow ya.
Terima kasih, berkah dalem. GBU