Kita semua tahu, kehidupan beragama di Indonesia memang diatur salam perundang-undangan paling tinggi yaitu UUD 1945, yakni di pasal 29 tentang kebebasan beragama, dasar negara Pancasila menjadi dasar soal 'keberagamaan', dimana pada sila pertama diatur soal berketuhanan.
Tetapi pada kenyataan di lapangan kebebesan beragama di Indonesia tak sepenuhnya berjalan baik. Terutama untuk mereka yang minoritas. Selalu saja riak² dalam kehidupan masyarakat kalau sudah berhubungan dengan kebebasan beragama.
Padahal, kebebasan beragama yang dilakukan masih dalam batas wajar, tidak aneh² dan tidak mencaplok agama yang lain. Mungkin lain cerita jika ada agama yang ekspansif, sehingga meresahkan. Tetapi pada akhirnya hal negatif ini dicap sama ratakan.
Ini bisa dibilang wajar, karena menyoal teroris pada akhirnya kami yang minoritas ya menyamaratakan, bahwa A = teroris, karena kurang adanya cara yang cukup baik untuk membuktikan itu tidak benar, bahwa mereka itu damai. Karena memang kebanyakan dari mereka justru mempertebal perbedaan dengan dalil², bukan untuk menyatukan hal yang berbeda menjadi indah, seperti indahnya pelangi.
Sedangkan kita yang membuktikan bahwa agama ekspansif itu hanya terjadi pada ajaran agama tertentu saja, dan itu terbukti jika mereka mau memahami lebih.
Kembali ke soal ringan dan hiburan saja, maksud dari catatan ini sebenarnya buka hal serius, tapi ingin share sebuah candaan dari seorang biarawati, dari akun Tiktok. Temanya menyindir kebebasan beragama sih ini, yang mana seperti yang saya ungkapkan di atas.
Ilustrasi gereja tua. Ini merupakan foto gereja Paroki Santa Theresia Lengko Ajang, yang terletak di Desa Wangkung, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, Indonesia. Gambar diambil dari Google. |
"Kenapa Panbers membuat lagu judulnya 'Gereja Tua'?
"Kenapa ya ... ?!?!?!?!?"
"Karena kalau buat 'Gereja Baru' susah ijinnya."
Kalimat percakapan sederhana tapi menggambarkan yang terjadi di Indonesia, bahwa memang untuk pengurusan ijin pembangunan gereja sangat sulit, selalu dipersulit dengan alasan ini itu, padahal syarat administratif sudah dipenuhi, dan bahkan gereja itu sudah ada.
Sehingga anekdot yang dilontarkan itu rasanya relevan dengan situasi yang ada, dimana gereja tua akan dibiarkan, bahkan kalau ada dan bisa dikonversi menjadi tempat ibadah agama lain, seperti yang terjadi di Hagia Sopia.
Jika itu terjadi kepada tempat agama ybs. meski sudah tua, pasti ramai jika dikonversi digantikan menjadi tempat ibadah agama lain. Memang, ada sejarah panjang dibalik cerita Hagia Sopia, yang pasti mereka tidak mau dibandingkan head to head, tetapi mimin ini melihat konversinya.
Semoga bisa menghibur ketika situasi hak asasi untuk beribadah sedang tak baik² saja. -taize-
0 Komentar
Tinggalkanlah jejak dengan berkomentar, maka saya akan berkunjung balik.
Jangan lupa difollow ya.
Terima kasih, berkah dalem. GBU