Sudah lama saya gak nulis diblog ini, sepertinya ada banyak tulisan namun tak terpublish. Saya terbersit nulis karena habis menonton sebuah film tentang exorcism di Netflix, judulnya The Pope's Exorcist (2023).
Film ini mengisahkan dari kisah nyata tentang proses pengusiran iblis oleh Pastor Amorth, atau lebih tepatnya Pastor Gabriele Amorth S.S.P., beliau meninggal diusia 91 tahun (16 September 2016). Beliau ini adalah kepala urusan pengusiran setan di Vatikan. Penugasan itu diberikan oleh Kardinal Ugo Poletti (1914-1997) yang saat itu menjabat sebagai Vikaris Jenderal Roma dan memiliki wewenang untuk mendelegasikan peran mengusir setan kepada romo-romo tertentu.
Pendahulunya adalah Romo Candido Amantini (1914-1992) yang pada saat itu sudah menjadi pengusir setan dalam Keuskupan Romo selama 36 tahun. Saat itu, Pastor Amorth masih menjadi asisten Pastor Amantini.
Pastor Amorth, gambar diambil dari Google
Kembali ke film The Pope's Exorcist (2023). Saya gak akan mereview jalan cerita film ini sih. Saya cuma bertanya, pads suatu adegan diawal film ini, ketika Pastor Amorth kala itu disidang di panel para imam, dimana di sana ada imam, kardinal dan uskup. Soal keputusan Pastor Amorth yang dianggap 'salah' melakukan exorcist tanpa sepengetahuan uskup lokal.
Karena ada aturan wajib bagi para imam, dimana yang akan melakukan exorcist harus mendapatkan ijin dari uskup.
Panel sidang ini menyalahkan Pastor Amorth yang mengabaikan hal ini, di adegan ini dibuat dramatis seolah-olah Pastor Amorth ini bertolak belakang dengan panel, terutama adalah dari seorang imam atau kardinal muda atau apa, karena jubahnya bukan seperti imam biasa.
Sanggahan Pastor Amorth adalah menganggap apa yang dia lakukan tidak murni exorcist, hanya menggunakan ilmu psikologi dasar untuk menangani hal ini, walaupun pada kenyataan di lapangan orang² yang awam bahkan imam lokal saat kejadian menganggap ini ritual pengusiran setan.
Lainnya adalah Pastor Amorth merasa gak perlu ijin untuk itu karena dia ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh Uskup Roma (Paus) sendiri untuk menangangani masalah seperti ini.
Pertanyaan saya, apakah memang sedramatis itukah berdebat pendapat dalam panel menentukan benar atau salah dalam organisasi gereja Katolik?
Adakah yang bisa menjawab?
Apakah kardinal atau uskup muda bisa semeyakinkan itu berdebat dengan imam yang lebih tua, untuk persoalan doktrin² gereja?
Apalagi pada saat itu, tahun 1987 nampaknya para imam dalam gereja Katolik masih belum satu pemahaman soal keterlibatan iblis dalam kehidupan manusia dengan menunjukan eksistensi nyata.
Walaupun saya gak bisa menjawab pasti, tapi satu hal, ini adalah film, meskipun ini diambil dari kisah nyata, buku yang ditulis Pastor Amorth sendiri, tapi ketika sudah masuk industri film, perlu ada bumbu drama, inilah yang diangkat di film ini.
Pada kenyataannya belum tentu juga seperti itu, cara pandang menggambarkan apa yang dibaca dari sebuah buku tidak sama antara orang biasa dan sineas.
Setidaknya itu jawaban saya.
Barangkali ada imam atau awam yang tahu soal ini bisa membantu jawab dikolom komentar, sekalian buat pencerahan siapapun yang membaca blog ini. -cpr
#onedayonepost
#umum
#tokoh
0 Komentar
Tinggalkanlah jejak dengan berkomentar, maka saya akan berkunjung balik.
Jangan lupa difollow ya.
Terima kasih, berkah dalem. GBU