Hingga saat ini narasi soal kitab suci saudara bungsu kita yang mengatakan bahwa kitab suci mereka datang dari langit masih tidak bisa diterima dengan akal sehat, bahkan logika berpikir sekaligus, bahkan iman. Why?
Ya karena apa yang 'diturunkan dari langit' itu ternyata tidak otentik alias tidak orisinil dengan gaya bahasa yang ada dimana si kitab itu diturunkan. Dia datang dan turun di tanah Arab tetapi adopsi kisah² keyakinan lain yang sudah lebih dulu mapan diadopsi, dikisahkan, diceritakan kembali dengan versinya (Arab). Yang menjadi parah adalah tidak mengakui itu dan merasa bahwa apa yang dikisahkan dalam kitab yang 'diturunkan dari langit' adalah sebuah keontetikan. Ini yang bagi saya tidak bisa diterima.
Jika memang mau mengadopsi cerita, minimal dia harus mengakui keyakinan yang lebih mapan itu, dengan tidak merubah apapun, akui saja. Sedangkan dewasa ini ahli² agama yang menyebarkan ajaran agama itu justru melakukan hal sebaliknya.
Kisah Ayub adalah salah satu contoh adopsi dari sekian banyak kisah² yang gak bisa disangkal jika orang beriman punya sikap objektif. Secara sejarah jelas sudah terlihat mana yang sumber primer dan mana yang skunder, kalau masih bantah harusnya gak tahu diri.
Ayub dalam Alkitab dikisahkan dengan cukup jelas dan panjang, bagaimana komunikasi dia pada Allah Israel, pada istrinya, pada sahabat² nya, dimana interaksi ini menggambarkan atau relate dengan kehidupan kita sehari-hari ketika mendapatkan penderitaan. Relate bahkan hingga saat ini, sehingga wajar jika Alkitab bisa dijadikan pedoman hidup.
Sedangkan kitab suci yang katanya turun dari langit hanya menceritakan sebagian², hanya inti dari cerita saja, bahkan kutipan² nya pun dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan nabi yang saat itu menyebarkan ajaran agama baru.
Ketika catatan kitab suci Yahudi dan yang digunakan Kekristenan itu sama, percis tanpa menghilangkan bahwa Allah yang berinteraksi dengan Ayub adalah Allah Israel, jelas bahwa Kekristenan mengakui itu. Lihat dengan saudara bungsu kita, dengan bangganya mereka membenci Israel sedangkan kisah dalam Ayub itu menunjukan hal sebaliknya, bahwa Allah yang berinteraksi dengan Ayub adalah Allah Israel, yang mereka benci dan selalu mereka maki² dalam berbagai kesempatan.
Mereka tidak mau mengakui runtutan sejarah yang ada, jika mereka tidak mau seharusnya tidak perlu adopsi kisah, buatlah kisah yang otentik, atau jika itu memang turun dari langit, masa iya yang menurunkan itu 'plagiat'. Allah yang menuliskan kisah² heroiknya pada bangsa saat itu adalah Allahnya Israel, bukan Allahnya Arab. Lalu buatlah Allah mu sendiri!
Inti masalahnya adalah soal pengakuan, tidak ada pengakuan yang jelas sehingga ini yang jadi sumber masalah kekisruhan antar saudara beda iman ini. Perselisihan antara Yahudi dan Kristen hanya sebatas pengakuan akan Yesus Kristus sebagai Mesias atau tidak. Sedangkan dengan Islam sangat banyak pertentangan karena 'plagiat' tetapi tidak ngaku.
Kembali ke kisah Ayub, dimana ini hanya salah¹ kisah saja dari sekian banyak kisah² Alkitab yang diadopsi tanpa disampaikan sumber asalnya.
Berikut beberapa perbedaan mendasar antara Alkitab dan kitab yang 'diturunkan dari langit', kita bisa lihat dan buktikan sendiri:
🏅 Soal waktu
Alkitab : sudah lebih dulu ada, bahkan apa yang ditulis kanon dengan catatan kitab suci keyakinan sebelumnya Yahudi, kisaran abad 5 - 4 SM.
Alquran : baru muncul pada abad setelahnya, kisaran tahun 610 M.
🏅 Penamaan tokoh yang diubah
Alkitab : Ayub
Alquran : Ayyub
🏅 Detail kisah dimodifikasi
Alkitab : kisah ini dikisahkan 42 pasal, interaksi yang kompleks, konflik teologis, interaksi dengan Allah dijelaskan lebih detail.
Alquran : hanya mengisahkan beberapa ayat saja, hanya fokus pada manusia (Ayyub).
🏅 Penokohan teologis yang berbeda
Alkitab : Ayub dikisahkan tidak memahami kenapa dia menderita, ada pergumulan keras dengan Allah yang dia yakini, keyakinan inilah yang membuat Ayub mendapatkan jawaban mengenai Allah yang dia yakini.
Alquran : hanya mengisahkan Ayyub yang berdoa dan bersabar, tidak ada pergumulan apapun yang bisa diangkat menjadi esensi suatu refleksi kehidupan, sekedar seperti kisah² nabi formal. Ada reformulasi kisah kenabian di sini.
Dari perbedaan² inilah lalu bagaimana kita mau percaya pada teologis ini, bahkan kisah Yesus yang secara fakta tercatat jelas mereka modifikasi dan reformulasi kisah sesuai dengan 'kebenaran' mereka, parahnya malah mengatakan yang kita imani tidak sesuai, padahal jelas yang kita imani berdasarkan fakta sejarah, sedangkan mereka tidak didasarkan apa² kecuali hanya keyakinan bahwa kitab tersebut 'diturunkan dari langit'.
Saya selalu ingin berkampanye pada hal utama, jangan merasa benar, akuilah apa yang sudah diimani keyakinan sebelumnya yang secara fakta ada lebih dulu, dan jangan pernah memaksakan kisah² yang nyatanya plagiat dari kisah yang lebih dulu mapan. Hanya itu saja sih yang jadi inti dasar kenapa diblog ini akan selalu ada pembahasan perbandingan², karena diberbagai kesempatan masih saja ditemui ahli² agamanya yang meributkan keimanan Kekristenan, ini adalah bentuk re-action, dimana saya hanya mengambil satu contoh saja kisah adopsi atau plagiat yang secara nyata dikonsumsi mereka.
Ada baiknya mengakuilah dan selesai semuanya, kita kembali ke keyakinan masing², dengan pengakuan itu jadi bentuk penghormatan pada yang lebih tua yang memiliki kisah itu, akuilah bahwa teologimu adalah adaptasi atau adopsi untuk mentauhidkan umat Arab kala itu di jazirah Arab. Itu jauh lebih wise daripada mengakui semua yang terjadi sebelumnya adalah Islam.
Segitu saja sih re-action yang bisa saya bagikan untuk menjelaskan apa yang seharusnya, soal kenapa Kekristenan masih bisa berdiri tegar hingga saat ini walaupun mendapatkan persekusi, tanpa harus berlaku playing victim, karena apa yang diyakini sudah jelas semua, dan Alkitab yang jadi pedoman memang benar demikian, ditambah lagi catatan² tradisi yang lebih bisa menjelaskan detail daripada yang mereka yakini. -cpr
#onedayonepost
#iman
#opini
#reaksi

0 Komentar
Tinggalkanlah jejak dengan berkomentar, maka saya akan berkunjung balik.
Jangan lupa difollow ya.
Terima kasih, berkah dalem. GBU