Perilaku ASN yang Tak Terpuji untuk Praktik Kebinekaan

Saling memahami antar pemeluk agama di negeri Indonesia Raya ini belum mengakar dalam diri tiap manusia yang hidup di Indonesia. Karena masih saja ada masalah² antar pemeluk agama untuk hal² sepele.

Baru² ini sosial media diramaikan isu yang lagi saya bahas. Pertama soal demo warga di daerah Sulawesi terhadap sekolah Kristen dan hal ini didukung pula oleh anggota dewan perwakilan rakyat setempat. Kedua, ada seorang ibu diketahui seorang ASN yang meributkan masalah tetangganya yang Kristiani, tengah melakukan ibadat doa di rumah.

Ilustrasi, gambar diambil Google

Cerita² ini bukan sekedar isu tapi nyata terjadi dan sudah jadi viral. Bagi kami yang Kristiani menanggapi hal seperti ini pasti hanya bisa tersenyum bahkan tertawa. Koq lucu, hal² sepele seperti ini dijadikan masalah. Apakah mereka memahami perbedaan atas keberagaman dengan jabatan yang melekat pada mereka?

Jika yang melakukan orang biasa tanpa embel² jabatan sebagai wakil rakyat, ASN atau bahkan lainnya, itu masih sebuah kewajaran. Tapi bagi mereka wawasan kebangsaan harusnya sudah mendarah daging.

Cerita soal ASN yang berperilaku demikian gak cuma 1-2 orang, yang sempet viral ada beberapa, belum lagi yang tak terdokumentasikan, banyak sih yang seperti itu.

Mari kita ingat baik² case per case nya seperti apa, untuk menjadi pengingat bagi kita bahwa ternyata mereka (anggota dewan dan ASN) yang seharusnya paham wawasan kebangsaan ternyata tidak tidak pemahaman baik soal itu.

Warga Pare-pare Tolak Pembangunan Sekolah Kristen
Cerita miring yang mencoreng kebhinekaan kali ini terjadi di Pare-pare, Sulawesi Selatan. Sekolah yang didemo adalah Sekolah Kristen Gamaliel.

Alasan demo adalah karena proses pendirian sekolah itu menyalahi aturan pendirian sekolah. Mereka yang melakukan demo mengatasnamakan Forum Masyarakat Muslim Pare-pare; Forum Masyarakat Soreang Peduli Kota Santri.

Dari sini jelas siapa yang sulit menerima perbedaan. Karena hal yang berbeda jika dilakukan 'perlakuan terbalik'.

Pihak pendemo merasa pembangunan sekolah ini karena ada unsur paksaan. Mereka menuntut menghentikan pembangunan dan relokasi atas sekolah tersebut wilayah lain. Alasan lain menurut mereka bahwa lembaga pendidikan di sana sudah cukup bahkan malah ada sekolah yang kekurangan murid. Hal lain yang dijadikan alasan adalah soal perijinan yang belum dipenuhi pihak yayasan seperti ijin UKL-UPL.

Yang parahnya, anggota dewan perwakilan rakyat di sana justru merekomendasikan penghentian pembangunan, mereka melempar masalah ini ke pemerintah daerah sebagai pihak yang mengeluarkan ijin.

Sebenarnya tidak semua oknum minim wawasan kebangsaan, masih ada kelompok masyarakat lain yang lebih memahami. Mereka adalah GP Anshor cabang Sulsel, dugaannya ada pihak² yang melakukan provokasi terhadap pembangunan sekolah ini.

Provokasi memang akan sangat mudah kepada pihak² yang gak memahami apa perbedaan, mereka hanya sekelompok orang bodoh yang dengan mudah dicekoki apapun, bahkan pemahaman yang salah. Ketua GP Anshor Pare-pare mengajak berpikir logis, dengan cara berpikir terbalik. Hal yang sama jika terjadi di Toraja, apakah umat Kristen di sana yang mayoritas mempermasalahkan pembangunan ijin² lembaga agama Muslim? Warga Toraja di sana mengesampingkan sosio cultural yang ada. Inilah yang perlu dipahami oknum² picik di Pare-pare.


ASN Mengusik Ibadah
Hal lain yang juga viral adalah kisah seorang ibu yang berdebat dengan tetangganya, diketahui ibu itu adalah seorang ASN. Nama ASN ini adalah Masriwati, merupakan ASN eselon 3 di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan pemerintah Kota Bekasi.

Diketahui dari video viral itu, si ibu ASN ini ngamuk ke tetangganya yang ibadah di rumahnya sendiri. Memang agak aneh si jika melihat case ini, rumah sendiri, berdoa di rumah sendiri koq diamuk orang lain. Lha si ibu ASN itu kalau sholat di rumah apakah mau jika diamuk dengan cara yang sama? Kita gunakan saja ilmu 'realita terbalik'.

Agak menjadi 'aneh', bahwa si ASN ini bekerja di dinas yang membidangi pariwisata dan kebudayaan, lha terus pemahaman soal ini bagaimana jika dalam hal sepele seperti ini saja si ASN ini gak paham, bahkan membuat kegadungan dan memalukan sekali menurut saya.

Semoga ada pelurusan pola pemahaman terhadap ASN seperti ini, sehingga hal serupa gak terulang lagi baik.di Kota Bekasi atau daerah² yang lain di Indonesia.


Dari dua case tadi, lagi dan lagi dan lagi, kita ditunjukan bahwa di negeri ini sulit sekali untuk hidup bersama-sama dalam keragaman. Karena masih saja ada oknum² yang sulit melihat bahwa warna itu bukan cuma putih, warna itu warni, beragam pilihan dan preferensi orang, karena semuanya indah ketika berwarna.

Case² seperti di atas itu masih banyak lagi, jika kita mau ungkit² lagi hal serupa yang pernah terjadi dimasa lalu (case mahasiswa yang dianiaya karena melakukan rosario, dll.). Apa yang terjadi sekarang juga belum tentu yang terakhir, karena kita lihat saja beberapa waktu ke depan akan ada case lainnya. Mau bukti? Ditunggu saja ya ...

Bagi orang Kristen yang memangku jabatan ASN atau anggota dewan atau kepala daerah jika ada, jadilah yang mengayomi semua pihak, bukan mengakomodir mayoritas atau minoritas, karena ketika telah menjadi pejabat publik maka jadilah nasionalis, bukan agamis lagi. Justru ketika keyakinan agama mu dijalankan, maka jadilah garam dan terang buat sesama manusia, bukan hanya yang seagama. Jangan tiru pola ajar mereka bahwa yang dilayani hanya yang seiman. -cpr

#onedayonepost
#opini
#umum

Posting Komentar

0 Komentar