Hari ini gereja Katolik seluruh dunia merayakan liturgi akhir penutupan tahun liturgi C. Minggu depan kita sudah masuk ke masa Adven atau penantian.
Hari ini kita merayakan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Ada hal menarik yang jadi pemerenungan Mimin hari ini. Apakah yang menarik itu?
Ini sekaligus jadi pengingat dan tanda bagaimana Mimin menghadapi masalah 'hati'. Selain itu ada hal menarik lain lagi, tentang bagaimana seharusnya orang Katolik memahami arti salib dari hal yang lain.
Kristus Raja Semesta Alam, digambarkan Yesus yang dimahkotai dengan memegang dunia kita, semesta alam. Bahkan tak hanya alam kita ini, tetapi Dia berkuasa atas darat dan langit.
Pada hari raya ini, bacaan Injil justru diambil dari kisah sengsara Yesus. Kemuliaan, kerajaan Kristus itu ditunjukan dari kisah sengsaranya. Hmm lho koq bisa?
Mimin coba cuplikan ayat Injil hari ini, Lukas (23:35-43):
Ketika Yesus bergantung di salib, pemimpin-pemimpin bangsa Yahudi mengejek-Nya, “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia benar-benar Mesias, orang yang dipilih Allah!” Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata, “Jika Engkau raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” Ada juga tulisan di atas kepala-Nya, “Inilah Raja Orang Yahudi”. Salah seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Yesus, katanya, “Bukankah Engkau Kristus?” Selamatkanlah diri-Mu sendiri dan kami!” Tetapi penjahat yang seorang lagi menegur dia, katanya, “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah? Padahal engkau menerima hukuman yang sama! Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita. Tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata kepada Yesus, “Yesus, ingatlah akan daku, apabila Engkau datang sebagai Raja!” Kata Yesus kepadanya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama Aku di dalam Firdaus.”
Pada Injil hari ini, Yesus dianggap Raja, oleh para serdadu Romawi yang melabeli Yesus dengan tulisan di atas salib, INRI. Kemudian penjahat yang disalib bersama-sama Yesus, yang menyakini bahwa Yesus adalah Raja.
Salah seorang penjahat yang bertobat menyadari kesalahannya, dimana dia menyadari bahwa Yesus yang ada bersama-sama dengan mereka tidak melakukan kesalahan apapun, namun menerima apa yang tak seharusnya diterima. Sedangkan penjahat yang lain justru mengolok-olok Yesus.
Pada masa itu, orang Israel berharap pada sosok pemimpin atau raja yang mampu memimpin Israel atau orang² Yahudi lepas dari penjajahan Romawi. Kata pemimpin atau raja dalam benak mereka adalah raja dunia, yang mampu memimpin dan membawa mereka (baca: orang² Yahudi) hidup mapan, bebas dari penjajahan, jadi bangsa besar dan mampu memenangkan segala hal dari bangsa² lain.
Ketika mereka melihat Yesus dengan segala mukjijat Nya dan dianggap mampu melakukan hal² yang tak mungkin, orang² Yahudi berharap pada Yesus. Namun Kerajaan yang Yesus tawarkan dan bawa bukan kerajaan dunia. Orang² Yahudi yang memahami bahwa apa yang Yesus tawarkan dengan harapan mereka akhirnya kecewa, bentuk kekecewaannya adalah dengan menyangkal Yesus.
Sama seperti kita, kita ini masih menganggap jabatan 'raja' atau memimpin adalah bentuk kekuasaan, kemuliaan tertinggi, kekayaan tertinggi dimana ketika kita mencapai itu, segala keinginan kita bisa terpenuhi.
Dengan segala kemampuan dan kekuasaan yang Yesus miliki, Yesus bisa saja menjadi raja dunia. Tapi tidak Yesus lakukan. Why?
Jika Yesus lakukan, Yesus hanya akan jadi raja bagi kamu Israel saja, bagi orang² Yahudi saja, yang menginginkan itu.
Yesus datang di Israel bukan untuk Israel semata, namun untuk semua orang. Karena Yesus datang untuk semua umat Allah dimana pun berada.
Terbukti saat ini, Yesus dikenal disemua kalangan, baik Kristiani dan non Kristen, semua kenal siapa Yesus, meski diyakin dengan nama dan cerita berbeda, namun sosok Yesus itu mendunia dan semesta alam mengenal Dia.
Dalam kehidupan saat ini kita bisa belajar dari sosok Fransisca Ncis, seorang wanita pejuang kemanusiaan, yang mendonorkan ginjalnya untuk orang lain yang bukan saudara, bahkan tidak seiman dengannya.
Dia mendonorkan ginjalnya untuk seorang bapak beragama Muslim, pada 9 November 2021 di sebuah rumah sakit di Jakarta. Fransisca Ncis sendiri baru meninggal pada 10 November 2022, tepat setahun setelah dia mendonorkan ginjalnya.
Pada awalnya Fransisca ingin mendonorkan darahnya untuk pasien bernama Bapak Budi, beliau ini adalah pasien gagal ginjal akut. Pak Budi ini membutuhkan donor ginjal, saat itu tidak ada dari keluarganya yang bisa menjadi pendonor. Saat itulah Fransisca bersedia mendonorkan ginjalnya untuk Pak Budi ini. Ini donor bukan dijualbelikan ya.
Sebelum Fransisca meninggal pun dia telah mendonorkan matanya ke organisasi pendonor mata, ketika dia meninggal kelak matanya akan didonorkan. Itu pun terjadi setelah dia meninggal tepat pada peringatan Hari Pahlawan.
Fransisca diketahui adalah seorang Katolik. Dia aktif dimedia sosial dikenal sebagai penjuang kemanusiaan.
Dari cerita nyata ini kita bisa belajar soal bagaimana kita bisa juga menjadi mulia, dikenang oleh orang lain, bukan orang² sekeliling atau sehomogen nya saja. Tapi semua orang bisa mengenang perbuatan mulia nya.
Coba jika Fransisca mendonorkan kepada saudara seiman saja, yang pasti ya hanya akan jadi hal biasa saja. Semua orang melakukan itu untuk sesamanya, apalagi seiman. Justru hal besar adalah memberikan untuk orang lain yang bukan siapa², bahkan berbeda keyakinan.
Hal ini melawan mainstream mayoritas orang, bahwa ketika membantu atau dibantu hanya oleh orang seiman, kalau bukan seiman adalah kafir.
Yesus mengajarkan kita menjadi mulia seperti raja dengan cara berbeda, bukan mengejar kemuliaan dunia atau kerajaan dunia, tetapi adalah kemuliaan surgawi atau kerajaan surgawi. Yesus pernah bilang ketika masa sengsara, bahwa kerajaan Nya bukan dari dunia ini, jelas sekali bahwa Yesus bukan raja duniawi.
Kita ini adalah yang dipilih Nya hendaknya mengikuti cara Nya. Contoh konkrit adalah seperti yang Fransisca lakukan. Mulailah dari hal yang paling sederhana adalah berkorban untuk orang lain, seperti yang Yesus lakukan.
Mulai dari hal kecil, berkorban lah untuk keluarga mu, suamimu, istrimu, anak² mu, orang tua mu, berikanlah kasih sayang untuk mereka semua seutuhnya. Berikanlah kasih dimulai dari lingkungan terdekat mu, lingkungan rumah mu, lingkungan kerja mu, masyarakat dan bangsa mu. Itulah yang Yesus ajarkan dan perintahkan, jadilah raja mulia untuk kerajaan surgawi.
Ingatlah salib adalah bentuk kurban Yesus untuk kita. Banyak hal yang bisa kita petik dari salib Yesus.
Ini jadi hal menarik kedua yang menohok atau menyindir saya, soal kasih dan memaafkan.
Salib, seperti dikatakan orang non Kristen, dianggap di sana ada jinnya. Hmm, ya begitulah orang non Kristen mengolok sesamanya manusia yang berbeda keyakinan dengan mereka. Siapa orangnya?
Semua orang tahu pemuka agama non Kristen yang mencetuskan "jin dari salib."
Bagi kita orang Katolik, apa yang kita pahami kenapa Salib harus dipasang di rumah² orang Katolik?
Kebanyakan menjawab untuk mengusir setan, supaya kekuatan jahat tidak masuk ke rumah itu. Sebagai penanda bahwa rumah ini adalah orang Kristen dll. Jawaban itu tidaklah salah.
Tapi yang benar adalah salib yang tergantung di rumah² orang Katolik adalah tanda, kurban Yesus pada kita. Dia tergantung di sana atas sesuatu yang tidak dia lakukan. Dia lebih dulu berkorban, dia lebih dulu difitnah, dicemooh, dicerca, dikhianati dsb.. Tetapi Dia tetap mengasihi kita, Dia tetap memberkati kita walau kerap kali kita berbuat salah.
Jadi ketika kita diperlakukan tidak baik, maka lihatlah salib itu. Maka, kita pun hendaknya melakukan apa yang Yesus lakukan, memaafkan dan mengampuni, tetap mengasihi dan memberkati. Lihatlah salib ketika kita mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan, itulah kekuatan kita. Karena jauh sebelum kita menderita, Dia sudah lebih dulu menderita untuk kita. Hendaknya kita lakukan hal yang sama seperti yang Dia lakukan.
Saya harus belajar mengampuni dan memaafkan, dengan melihat salib ini. Saat ini masalah 'hati' yang sedang saya alami, Tuhan Yesus tawarkan solusinya.
Pada perayaan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam ini, kita diajak untuk meneladani Yesus sendiri, untuk tak lagi mengejar kerajaan dunia, tidak lagi menjadi raja dunia, melainkan kejarlah kerajaan surgawi.
Karena Yesus pun dianggap raja bukan untuk sekelompok kecil orang, tetapi untuk semua orang, dimana karya Yesus itu untuk semua orang, hendaklah itulah yang dilakukan seorang raja.
Sebagai penutup, coba perhatikan ketika Yesus berkata pada penjahat yang bertobat, ketika Yesus berada pada titik terendahnya, Yesus masih mengampuni. Ketika pertobatan itu total, kita bisa lihat apa jawaban Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama Aku di dalam Firdaus.”.
Jadi pantaslah kita merayakan hari ini, sebagai Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta. Kita bisa ambil pesan Nya untuk kita, menjadi raja surgawi, bukan jadi raja dunia.
Jangan lupa ke gereja, selamat hari Minggu, berkah dalem untuk kita semua. Tuhan Yesus memberkati kita semua. SSDK
0 Komentar
Tinggalkanlah jejak dengan berkomentar, maka saya akan berkunjung balik.
Jangan lupa difollow ya.
Terima kasih, berkah dalem. GBU