Apa Benar Surga Seperti yang Digambarkan Mayoritas Manusia?

Catatan ini muncul setelah mimin membaca sebuah meme disebuah sosial media yang tengah membahas soal surga dari sudut pandang tertentu.

Karena soal surga ini banyak sekali pandangannya, tergantung dari keyakinan atau religi yang dianut. Sehingga tidak bisa disamakan, walau tujuannya adalah kata yang sama yaitu 'surga'.

Namun ada yang menggelitik mimin soal surga yang digambarkan salah satu keyakinan, dan ini yang sering dijual, sebagai iming², bahkan untuk sesuatu perbuatan yang salah, apa itu?

Masih ingat peristiwa bomber beberapa tahun silam. Pelaku² bomber itu diberikan brain wash, kalau mereka akan mati syahid, dan akan masuk surga di sana mereka akan ditemani bidadari² cantik atas upah mereka di dunia mati dengan mematikan manusia lain yang menurut mereka kafir.

Hmm, apakah seperti itukah gambaran surga? Benar atau salahnya, tidak bisa diberikan penghakiman oleh sesama manusia, karena manusia hidup tidak ada yang tahu seperti apa surga, kecuali hanya atas dasar keyakinan atas kitab² suci yang diyakini oleh kepercayaan itu.

Ilustrasi, gambar diambil dari Google.

Yang pasti menghilangkan nyawa orang lain atas dasar alasan apapun jelas salah, jelas dipertanyakan. Meskipun dengan cara manusia itu mati adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa, menggunakan cara apa. Mungkin mati sebagai korban bomber adalah cara terbaik sesuai jalan Tuhan. Tetapi sebagai manusia yang ber-Tuhan tentunya tak diperkenankan menghabisi nyawa sesamanya manusia.

Kembali ke surga, berikut ini beberapa gambaran surga yang ada di masyarakat kita, tidak melihat dari apa keyakinannya.

Ada yang menggambarkan surga itu seperti tempat seperti kebun atau taman yang terdiri dari berbagai macam pepohonan. Ini untuk menggambarkan tempat yang indah, berbeda dengan tempat dimana mereka hidup. Ya karena keyakinan ini pahir di jazirah Arab dimana di sana hanya terdapat hamparan gurun pasir yang kering kerontang. Gambaran surga seperti ini adalah kebalikan dari apa yang ada di dunia. Tapi bukan berarti, ketika tempat hidupnya penuh kehijauan, gambaran surga sebaliknya. Surga selalu digambarkan sebagai tempat yang terbaik.

Luas surga digambarkan seluas langit dan bumi, selain pemandangan hijau yang ditampilkan di dalam surga itu. Di dalamnya juga mengalir sungai yang diberi nama bermacam-macam. Ada sungai susu, ada pula sungai khamar (arak) tapi tak memabukan, ada pula sungai seperti madu yang disaring.

Di surga itu, kenikmatan yang diberikan Sang Pencipta bersifat kekal, tidak pernah habis, dan banyaknya tak terhitung. Nikmat yang paling hakiki adalah bisa melihat Sang Pencipta itu sendiri.

Bagi penghuninya disediakan berbagai perhiasan seperti emas, mutiara dan pakaian dari kain sutra. Makanan dan minuman disediakan seperti apa yang diinginkan. Semua perabotan makan terbuat dari emas dan perak. Bahkan mereka dilayani oleh pelayan² yang tetap muda. Itu terjadi tak hanya untuk pelayan tetapi semua penghuni surga, akan selalu tetap muda dan bebas dari segala penyakit.

Meskipun berlimpah kemewahan² seperti yang ada di dunia, di surga dikatakan tidak ada lagi iri dengki, semua hidup berdamai antar satu sama lain. Tidak ada lagi lelah, penat atau letih di sana. Tidak ada lagi kata dusta, omong kosong, apalagi yang bersifat dosa, semua hanya kebaikan dan kebenaran.

Itulah gambaran surga dari sudut pandang keyakinan tertentu. Sunggu duniawi kah? Kita tidak bisa menilainya dari sudut pandang berbeda, walaupun ada sebersit pikiran ke sana, objektid melihat apa yang ditawarkan di surga.


Ada pula surga digambarkan dengan cara yang lain. Surga dikatakan sebagai tempat sementara bagi jiwa² yang penuh dengan pahala, namun belum cukup suci mencapai moksha. Surga yang sesunguhnya adalah moskha itu, yakni ketika kebahagiaan sejati dimana atman atau jiwa bersatu dengan brahman yang beraifat kekal.

Ketika manusia belum mencapai moskha itu, manusia akan mengalami reinkarnasinya lagi, sampai dimana dia mencapai apa yang jadi tujuan kebahagiaan sejati tadi.

Tidak dijelaskan dengan gamblang seperti yang tadi diawal tadi, hanya perspektif umum seperti yang dijelaskan di atas.


Ada pula yang menggambarkan surga dengan cara lain. Surga dikatakan punya 6 tingkatan dan 16 tingkat alam brahma dan 4 tingkat alam arupa.

Kesemuanya bisa dicapai manusia dengan bekal perbuatan baik terlepas dari apa agama yang diyakininya. Di dalam keyakinan ini, inti utama adalah kebaikan, kebaikan tidak dikotak-kotakan ke dalam keyakinan² berbeda bagaimana melihat Tuhan masing².

Alam brahma dan alam arupa memerlukan tak hanya perbuatan baik, tapi juga membutuhkan meditasi. Hingga akhirnya manusia itu dapat menuju nirwana, yang menjadi tujuan akhir manusia itu. Nirwana berasal dari bahasa Sansekerta Nirvanaji atau Nibbana.  Diartikan sebagai kebahagian tertinggi atau kebahagiaan abadi luar biasa.

Kebahagian abadi ini tidak diperoleh dengan memanjakan indera, melainkan dengan menenangkannya. Nibbana bukanlah suatu tempat, bukanlah suatu keadaan atau ketiadaan dan Nibbana bukanlah suatu surga. Ibarat Nibbana adalah api, api itu ada namun api itu tidak dapat disimpan di suatu tempat tertentu.

Ini sangat berbeda dengan gambaran surga sebelumnya dimana indrawi bekerja untuk menikmati apa yang menjadi nikmat surga yang ada.


Ada pula yang menggambarkan surga adalah saat dimana manusia kembali kepada Tuhannya. Gan eden adalah bahasa Ibrani yang berati taman eden adalah tempat spiritual terakhir yang diyakini jadi tujuan, di mana jiwa akan abadi hidup bersama Tuhannya.


Setelah memahami berbagai tujuan surga dari berbagai keyakinan, tiba ketika merefleksikan pada keyakinan yang kita yakini, dimana mimin adalah penganut Kristen Katolik. Bagaimana keyakinan mimin melihat surga, tujuan kehidupan ini?

Dimulai dari pandangan bahwa Allah ingin agar semua orang dapat diselamatkan dan dapat kembali lagi bersama Nya. Kembali ke kediaman Allah itu sendiri. Ini adalah bentuk cinta Allah yang besar, yang tidak dijumpai dimana pun.

Namun gambaran mengenai dimana kediaman Allah seperti apa, bagaimana keadaanya, ada apa saja dll. masih menjadi misteri iman. Akal budi manusia tak mampu mengungkapkan itu, dan surga hanya sebatas gambaran jasmaniah manusia hidup saja.

Namun jika kita membaca Kitab Kejadian dan Kitab Wahyu, di sana digambarkan mengenai surga itu. gambaran tentang surga itu, mulai dari "Taman Eden" sampai "Yerusalem Surgawi".

Surga selalu digambarkan berada di langit. Dimaknakan bahwa langit adalah tempat yang sangat luas, begitulah kira² surga digambarkan. Di sana banyak misteri yang belum bisa diungkapkan, sejenius apapun manusia hidup di dunia, semua hanya bisa dengan tebak-menebak, kira mengira dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

Surga adalah tempat kediaman Tuhan Allah, seperti yang dijelaskan di awal tadi, Allah ingin kita semua kembali kepada Nya, mendiami kediaman Nya. Istilah Kerajaan Allah jadi tak asing bagi orang Kristiani, dimana di sana Tuhan Allah merajai segala yang ada.

Surga digambarkan seperti taman eden atau taman firdaus, yang diyakini sebagai taman kepunyaan Allah. Di sana digambarkan sebagai tempat atau situasi yang penuh kedamaian, kemewahan dan kesuburan.

Tidak digambarkan kemewahan itu seperti apa rupanya, entah kemewahan dunia atau kemewahan diluar akal nalar pikir manusia. Karena kembali lagi, kita manusia tak sanggup untuk memahami itu, meskipun Kitab Suci memberikan gambaran tentang itu semua. 


Itulah kira² bagaimana surga digambarkan. Kembali kepada pemahaman mimin, hendaknya surga tidak dijadikan alat promosi, bahwa kita harus begini supaya kita dapat previllege seperti ini (yang sudah digambarkan), untuk itu kita harus berbuat baik supaya dapat itu.

Kenapa tidak disampaikan bahwa berbuatlah baik sajalah, tanpa melihat surga atau neraka. Mimin menyadari kenapa ada sebuah lagu yang membunyikan lirik, "... jika surga dan neraka tak pernah ada ..."

Percayalah bahwa semua yang kita perbuat punya ganjaran atau balasan yang setimpal. Ukuran setimpal ini tidak ditentukan oleh manusia, judgement tidak datang dari manusia, seperti yang selama ini ditontonkan pada kita.

Para Imam atau Pastor, memberikan jalan dan cara bagaimana kita mencapai hal² yang baik, seturut teladan Yesus dan kehendak Allah, supaya kita kembali ke kediaman Nya yang Kudus.

Dimana?

Di sisi Allah yang Maha Tinggi, kita manusia hanya hamparan debu, jadi dimana kita akan dibawa sesuai ganjaran hidup kita ya terserah kepada Allah. Kita pahami bahwa Allah kita adil dan bijaksana.

Surga bukanlah promo jualan dalam hidup, supaya kita berbondong-bondong memburunya. Karena surga adalah hakikat darimana sebenarnya kita berasal, dan kita sudah selayaknya kembali kepada Pencipta kita, dengan cara yang Pencipta kita kehendaki.

Itulah pemahaman surga menurut saya. Apa benar surga itu seperti yang digambarkan? Tidak ada yang tahu kebenarannya sampai nanti kita sendiri diperkenankan untuk ada di sana. Kini saatnya kita melayakan diri untuk kembali kepada Pencipta kita.

Ini pandangan pribadi mimin sih, kalau ada yang perlu dikritisi dan dikomentari bisa diberdiskusi dikolom komentar. Pemahaman yang mungkin dangkal, dari perspektif awam biasa. -cpr-

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Balasan
    1. Iya betul, selama masih di dunia ini nampaknya akan kembali ke iman masing² yang diyakini.

      Soal ini ada diposting lagi pada November baru² ini. Itu pemahaman iman yang fixed dari iman Kristiani.

      Hapus

Tinggalkanlah jejak dengan berkomentar, maka saya akan berkunjung balik.
Jangan lupa difollow ya.
Terima kasih, berkah dalem. GBU