Relikui Santo Camilus de Lellis, Pelindung Orang Sakit

Menarik ketika membaca sebuah berita pada April tahun 2019 bahwa umat Katolik Indonesia berkesempatan menyambut sebuah relikui jantung dari seorang suci, yaitu Santo Camilus de Lellis. Beliau merupakan imam pendiri dari konggregasi atau tarekat Kamilian, yaitu tarekat hamba orang-orang sakit.

Di Indonesia sendiri, tarekat atau konggregasi Kamilian sudah ada sejak sepuluh tahun (2009) yang lalu, perayaan ke-10 tahun konggregasi ini di Indonesia, disimbolisasi dengan kedatangan relikui dari pendirinya.

Relikui adalah benda-benda pribadi atau jasad atau bagian tubuh dari seseorang yang dianggap suci atau dihormati yang diawetkan, kemudian disimpan dalam bentuk memorial, dengan maksud tujuan penghormatan.


Kalau diagama lain ada 'rambut Nabi Muhammad SAW, yang ditempatkan di tempat khusus, bukan untuk disembah, tapi di tempatkan di tempat yang baik. Benda yang dianggap 'suci' itu di bawa ke Indonesia, yang nantinya akan disimpan di sebuah museum atau tempat khusus di Indonesia. Tapi mereka tidak menganggap itu seistilah dengan 'relikui'.

- 0 -

Santo Camilus de Lellis lahir dari ibu yang bernama Kamila, seorang biasa bekerja sebagai ibu rumah tangga dan seorang ayahnya bernama Yohanes de Lellis yang bekerja sebagai perwira tentara. Camilus kecil lahir ketika ibunya mengandung diusia yang tidak muda, yaitu 60 tahun.

Camilus lahir tanggal 25 Mei 1550 di Bocchiavico,  Khieti, Abruzzi, Kerajaan Naples, Italia Tengah (sekarang selatan Italia). Camilus merupakan anak tunggal. Ibunya meninggal saat Camilus berusia 13 tahun. Ibunya sangat takut bahwa anaknya kelak akan menjadi penjahat. Ibunya pernah bermimpi, bahwa dia melihat segerombolan anak muda, berjalan berbaris, yang paling depan adalah yang paling besar dan tinggi diantara mereka. Di dada mereka masing-masing terpampang salib. Dimimpinya tersebut terdengar suara, "yang paling depan itu adalah anakmu."

Camilus tumbuh jadi pemuda yang berbadan besar, tinggi  daripada pemuda seusianya, namun Camilus merupakan orang yang tempramen, mudah marah, keras kepala, kerap ribut dengan teman-temannya, dan senang berjudi. Ibunya yang takut akan bayang-bayang mimpinya, selalu berusaha mengingatkan Camilus.

Ketika berumur 17 tahun Camilus terjun ke dunia militer menjadi tentara. Dia bergabung dengan tentara Kerajaan Naples dan Venezia. Upahnya sebagai tentara dia habiskan untuk berjudi.

Ketika jadi tentara, Camilus menderita luka di bagian tumit kakinya. Camilus sempat dirawat di Rumah Sakit St. Yakobus di Roma. Rumah sakit ini dikenal sebagai rumah sakit dimana merawat pasien dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Di rumah sakit ini Camilus juga aktif berkarya membantu merawat pasien-pasien dengan penyakit berat.

Diusia Camilus 23 tahun, Camilus ditinggal oleh ayahnya yang meninggal. Sepeninggal ayahnya, kebiasaan berjudi Camilus makin parah, bahkan sampai membuatnya melarat dan jadi pengemis di pintu sebuah gereja di Manfredonia. Kebetulan di sana ada gereja yang tengah dibangun, dan pembangunanya agak tersendat. Gereja tersebut merupakan gereja yang dikelola oleh biarawan Kapusin. Saat itu Camilus tergerak membantu dan menjadi tukang bangunan.

Pekerjaan Camilus dinilai baik dan ulet oleh imam-imam biara kapusin, akhirnya mengangkat Camilus menjadi kurir biara, bertugas mengantar surat, roti, hosti, anggur dan segala kebutuhan rumah tangga biara, dari biara Kapusin yang satu ke biara Kapusin yang lain.

Pekerjaan inilah yang mulai membuat Camilus punya keinginan menjadi seorang biarawan seperti yang dia lihat sehari-hari. Sampai pada suatu waktu, Camilus mengalami sebuah peristiwa iman, tanggal 2 Februari 1575, ketika dalam perjalanan mengantar barang, Camilus terjatuh dari keledainya. Camilus sempat tak sadarkan diri, ditengah ketidaksadarannya itu, dia mendengar suara yang dikisahkan 'menusuk' hatinya, katanya, "Camilus, cukup sudah dunia ini..."

Setelah peristiwa itu, Camilus membulatkan tekad untuk masuk ke dalam lingkungan biara menjadi anggota biara seutuhnya. Pada awalnya Camilus menjadi bruder di biara kapusin.

Setelah menjadi anggota biara, Camilus aktif memakai jubah. Namun jubah biara yang menjuntai ke bawah itu selalu mengenai tumitnya, luka ditumitnya itu belum sembuh hingga saat itu, sehingga membuat luka ditumitnya kembali sakit. Camilus harus kembali masuk rumah sakit St. Yakobus untuk mendapat perawatan. Setelah sembuh, barulah kembali ke biara. Namun kembali lagi lukanya kambuh karena alasan yang sama. Akhirnya Camilus dikeluarkan dari biara karena hal itu.

Kini Camilus menjadi pasien tetap rumah sakit itu. Camilus kini hanya jadi pasien biasa, sama seperti pasien lainnya, karena kini dia bukan tentara atau anggota biara lagi. Di rumah sakit itu, meskipun jadi pasien dan sambil merawat dirinya sendiri, Camilus melamar menjadi pekerja di rumah sakit itu, untuk membantu pasien lainnya juga.

Rumah sakit San Giacomo, Roma mengganjar pekerjaannya tersebut dengan memberi jabatan sebagai pengawas. Camilus mendedikasikan dirinya untuk merawat orang-orang sakit.

Atas saran dari temannya yakni St. Philip Neri, Camilus belajar menjadi imam dan ditahbiskan tahun 1584 di Roma, pada usia 34 tahun.

Baca juga: Philip Neri

Camilus memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di RS San Giacomo dan mendirikan jemaatnya sendiri untuk bekerja di bidang yang sama yaitu merawat dan melayani orang-orang sakit. Bersama komunitasnya, Camilus aktif merawat pasien-pasien dengan sakit berat, pasien yang terinfeksi wabah hingga melayani para tahanan.

Jemaat atau komunitas yang didirikan oleh Camilus dikenal sebagai tarekat Hamba Orang-orang Sakit, sering disebut juga sebagai Imam-imam Camilian. Anggota dari tarekat ini memang mendedikasikan diri untuk merawat dan melayani orang-orang sakit.

Tarekat atau konggregasi ini mendapat pengakuan atau restu dari Sri Paus saat itu Paus Sixtus V pada tahun 1586. Pada tahun 1591 Paus Gregorius XIV menaikan statusnya menjadi ordo religius. Camilus menjadi pemimpin pertama ordo ini dan membangun banyak biara di Napoli dan kota-kota lain di Italia.

Ada kalimat yang dipesankan Camilus kepada anggota dikomunitasnya, "Mengabdikan seiklas-iklasnya hingga titik darah yang terakhir, karena Tuhan hadir secara nyata dalam diri orang-orang sakit yang kita layani. Kita ditugaskan Tuhan untuk melayani Dia, di dalam diri orang-orang sakit ini." Selain itu, ada kata-kata lain dari Camilus yang masih diingat hingga saat ini, yakni ketika Bapa Paus datang menemuinya, Camilus dicibir karena tidak mengganti pakaiannya ketika Bapa Paus datang menemuinya, katanya, "Bila saya melayani Kristus, saya tidak usah ganti pakaian untuk menerima wakil-Nya."

Ditengah perutusannya melayani mereka yang sakit, Camilus hingga saat itu masih menderita sakit dikakinya, meski begitu tidak mengurangi tugas perutusannya. Hingga menjelang ajal ditengah sakitnya, Camilus masih melakukan tugasnya.

Camilus meninggal pada 14 Juli 1614, diusia 64 tahun, dimakamkan di Gereja Santa Maria Magdalena di Roma. Camilus mendapatkan beato tahun 1742 dan kemudian mendapatkan gelar Santo tahun 1746 oleh Paus Benediktus XIV.  St. Camilus dihormati sebagai santo pelindung orang-orang sakit, para perawat, dan organisasi kesehatan, bersama Santo Yohanes Allah.

Semoga catatan ini ya menjadi pelajaran iman bagi kita, ketika panggilan datang bukan saja kepada mereka yang baik dan benar, Tuhan memanggil kepada siapa saja, tidak pandang bulu, kembali lagi pada diri kita menanggapi panggilan itu. Mengenal biografi dari orang suci, bisa menjadi pelajaran memahami karya Tuhan dalam hidup manusia. Semoga, kisah ini bisa menambah wawasan kita sebagai orang Katolik. -cpr-

Sumber informasi:
Wikipedia. Kamilus de Lellis | diakses tanggal 7 April 2019
Katakombe. Santo Kamilus de Lellis | diakses 9 Mei 2019



#repost Postingan ini sudah lebih dulu dipublish di Naturality Channel dengan judul yang sama beberapa waktu yang lalu

Posting Komentar

0 Komentar