Dasar Biblis Dalam Kristen Katolik Tidak Ada Imam Wanita

Kali ini saya mau share tentang dasar biblis atau Alkitab, kenapa di Kristen Katolik atau Katolik itu tidak ada imam wanita. Ada memang orang yang memilih hidup selibat sebagai biarawati, tapi bukan imam atau pastor atau romo atau presbiterat. Rata² semua adalah kaum pria. 

Sebenarnya tidak hanya Katolik Roma yang menganut demikian, Kristen Ortodoksi juga menganut hal yang sama, dimana immamat itu presbiterial atau episkopal. Dimana melanjutkan estafet rasul² Yesus semuanya pria. Walaupun ada murid² Yesus lain yang wanita seperti Maria Magdalena, dll., tetapi yang dipilih sebagai rasul utama adalah kaum pria, baik 12 rasul dan 70 murid Yesus lainnya. 

Lalu kira² apa yang menjadi dasar atau landasan Alkitab yang, kenapa sejak awal mula² Kristen berkembang hingga saat ini Kristen Katolik atau Katolik tetap mempertahankan tradisi tersebut. Berbeda dengan Kristen yang lahir setelah Reformasi gereja abad ke-16, dimana ada pendeta baik laki² maupun perempuan. 

Pada postingan kali ini akan membahas itu, agar tahu kenapanya dan apa yang menjadi dasar. Karena pasti rujukan HARUS ke Alkitab, maka kita juga gunakan rujukan yang sama, supaya sama "sola scriptura".

Ilustrasi, gambar diambil dari Google

Disclaimer dulu, postingan ini tidak untuk mengadu satu dengan yang lain, tetapi lebih mendudukan dasar biblisnya seperti apa dari pov iman Katolik. Saya pun baru mengetahuinya, karena merasa ini penting dan perlu saya bagikan kembali diblog ini, jadi saya bagikan. Mari kita mulai pembahasannya. 


Baru² ini di media sosial diberitakan bahwa ada Uskup Gereja Inggris (Anglikan) mentahbiskan seorang uskup wanita. Ini merupakan pertama kali dalam sejarah ditahbiskan Uskup bergender wanita.

Dia adalah Sarah Mullaly, ditahbiskan menjadi Uskup Canterbury yang ke-106 pada Oktober 2025 yang lalu. 

Selain itu ada juga seorang bernama Cherry Vann, dia ditahbiskan menjadi Uskup Agung di wilayah Gereja Anglikan (Wales), bahkan dia merupakan Uskup Agung dengan latar belakang lesbian. 

Mendengar hal seperti ini bagi orang Katolik yang normal atau orang Kristen normal pasti akan sangat aneh, ini bener-bener 'agak laen'. Tapi kita abaikan dulu hal tersebut karena tidak masuk konteks bahasan. 

Mundur lagi ke tahun 2019 juga ada wanita yang ditahbiskan menjadi uskup, dia bernama Emelyn G. Dacuycuy,  menjadi uskup di Keuskupan Batac,  Ilocos Norte. Bisa dipastikan ini bukan dari Kristen Katolik Roma, jelas bukan. 


Jika melihat Alkitab, dari Perjanjian Lama,  tidak diketemukan bahwa ada imam berjenis kelamin perempuan atau wanita, semuanya adalah pria atau laki-laki. Bahkan di Perjanjian Baru yang dikatakan menyempurnakan yang sebelumnya pun tidak ada imam dari wanita. 

Yesus memilih rasul-rasul atau murid-murid utamanya adalah semua pria, dari 12 rasul dan 70 murid setelahnya. 

Ini tertulis di beberapa ayat Alkitab antara lain:
Matius 10: 1 - 4
Matius 28: 16 - 20
Markus 3: 13 - 19
Markus 16: 14 - 15
Lukas 6: 12 - 16

Memang ada murid-murid atau pengikut Yesus yang wanita seperti Marta, Maria Ibu Yakobus, dan Maria Magdalena yang kerap ikut kemana pun pewartaan Yesus bersama para murid lainnya, tapi tidak menjadi pewarta serupa seperti murid lainnya. 

Maria Magdalena mewartakan Injil dengan caranya sendiri tapi tidak memaksakan kehendak menjadi sama seperti rasul atau murid Yesus yang pria atau laki-laki. 

Yesus memilih pria sebagai rasul atau murid-murid-Nya bukan karena budaya patriarki, tetapi lebih kepada makna teologis, dimana Kristus adalah mempelai laki-laki dan gereja-Nya adalah mempelai 'wanita'. 

Setelah Yesus naik ke Surga, para rasul pun memilih teman pewartaan pun pria, bukan wanita. Ketika Yesus mengutus murid-Nya pergi berdua-dua untuk mewartakan kabar gembira, menyembuhkan dan mengusir setan pun dilakukan oleh rasul/murid pria. Para uskup yang ditugaskan untuk menggembala wilayah² Kekristenan perdana dulu pun selalu pria atau laki-laki. 

Rasul Paulus juga berpesan dalam suratnya kepada Timotius, tertulis dalam 1 Timotius 2: 11 - 15
Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. 
Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.
Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.  Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan. 

Lihat pula kutipan Alkitab pada Efesus 5: 22 - 32:
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.

Sekali lagi ditegaskan bahwa Kristus adalah pemimpin gereja, Dialah gembala dari semua domba-domba yang dipilih-Nya. Kristus pun telah dinubuatkan oleh nabi-nabi terdahulu. 

Lihat pula dalam Yesaya 6: 9:
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. 

Tertulis di sana 'seorang putera' yang menunjukan gender seorang pria atau laki-laki. Gereja ini dipimpin oleh Kristus Yesus sendiri. Sehingga karena dasar inilah seorang wanita atau perempuan tidak dapat menjadi seorang imam tertahbis. 

Tapi bukan berarti wanita atau perempuan tidak bisa menjadi kudus, kurang kudus atau tidak bisa berperan dalam kehidupan gereja. 

Bunda Maria jadi salah seorang manusia setelah Kristus Yesus yang tidak bernoda, namun Bunda Maria pun tidak mengambil peran rasul-rasul Yesus, tetapi mengambil peran dengan cara yang lainnya tanpa harus menjadi seorang imam atau gembala, Bunda Maria tetap menjadi seorang ibu segala bangsa. Sama halnya wanita atau perempuan lainnya yang menjadi pengikut Kristus, perannya tetap besar meski bukan seorang imam atau gembala. 

Gereja Katolik pun tidak menutup peran wanita atau perempuan dalam menggereja, dalam mewartakan Kristus di tengah dunia ini, mereka pun terbuka aktif di kerasulan awam, menjadi seorang biarawati, menjadi seorang pengajar agama atau katekis, aktif dalam komunitas wanita dan ibu, serta komunitas evangelis. 

Gereja Katolik Roma dalam dokumen gerejawinya, melalui St. Paus Yohanes Paulus II, dalam Ordinatio Sacerdotalis (1994) dikatakan bahwa "Gereja tidak memiliki wewenang untuk menahbiskan perempuan sebagai imam, dan ketetapan ini harus dipegang secara definitif oleh semua umat beriman."

Juga dalam tradisi Ortodoks menegaskan bahwa penahbisan wanita tidak sesuai tradisi apostolik dan teologi sakramental gereja. 

Jadi inilah alasan kenapa Gereja Katolik atau bahkan Gereja rintisan perdana tetap mempertahankan tradisi ini yang memang difirmankan dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 

Mungkin itulah yang bisa diinformasikan, supaya tahu dan paham, apabila ada yang non Kristen menanyakan hal ini, kalian bisa menjawabnya. Sederhana tapi penting untuk tahu. -cpr

#onedayonepost
#katekese
#informasi
#imamwanita
#hanyaadaimampria

Posting Komentar

0 Komentar