Mengenal Sosok Kusni Kasdut, dari Wafatnya Seorang Imam

Ada hal menarik yang mimin dengar sore ini ketika mengikuti ekaristi Minggu Paskah VI di Gereja St. Theresia, Pandaan.

Romo Thomas yang memimpin misa menceritakan tokoh yang sudah almarhum, namanya Kusni Kasdut. Mimin sendiri pernah dengar nama itu hanya tak lanjut mencari tahu siapa beliau. Tak hanya itu, ternyata Romo Thomas juga mengisahkan sosok romo juga yang belum lama ini meninggal, romo itu bernama Romo Theodorus Tandyasukmana, CM.

RP. Theodorus Tandyasukmana, CM (1933-2021)

Kita mulai dari mana ya? Mimin lupa² ingat dengan apa yang Romo Thomas sampaikan, tapi mimin akan coba rangkai lagi, untuk mengenal sedikit tokoh yang disebutkan tadi.


Mengenal Sosok Kusni Kasdut
Kusni Kasdut, begitulah namanya dikenal. Dia dikenal sebagai 'robin hood' Indonesia, sebelum sekarang kita kenal alm. Jhony Indo. Sebelum itu ada seorang yang bernama Kusni Kasdut. Nama Kusni Kasdut sempat menghebohkan pemberitaan media pada masa itu.

Dikenal sebagai perampok berdarah dingin yang tak segan menghabisi korbannya. Meski begitu, hasil rampokannya kerap dibagikan kepada orang miskin. Perbuatannya itu sebagai bentuk kekecewaan pada pemerintah yang mengabaikan para pejuang rakyat, yang telah ikut berjuang sebagai pejuang kemerdekaan namun tak mendapatkan perhatian apa².

Kusni Kasdut punya nama asli Waluyo, merupakan pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, tahun 1929. Iya terlahir dari keluarga petani miskin di Blitar. Waluyo aktif ikut dalam membantu TNI secara tak resmi pada masa revolusi kemerdekaan sebagai laskar rakyat.

Setelah Indonesia kondusif, Waluyo ini mencoba mencari² pekerjaan, untuk menghidupi hidupnya. Namun selalu mendapati kegagalan. Pada akhirnya, kegagalan² yang dihadapinya menjadi bibit sakit hati, karena merasa diabaikan. 

Mimin tidak mendapatkan informasi, sejak kapan namanya terkenal menjadi Kusni Kasdut. Kusni berkenalan dengan seorang yang bernama Bir Ali (Muhammad Ali), orang Cikini, Jakarta Pusat.  Dia ini pernah jadi suami Ellya Khadam.  Bersama Bir Ali, Kusni melakukan perampokan disertai pembunuhan terhadap Ali Badjened, warga keturunan Arab, tahun 1960.

Tahun 1961, Kusni dkk. sempat juga merampok Museum Nasional Jakarta (Gedung Gajah) yang berada di kawasan sekitar Monas. Itu jadi perampokan yang melambungkan namanya. Ketika mencari tentang Kusni Kasdut, perampokan ini jadi topiknya, selain perampokan warga keturunan Arab tadi.

Sering keluar masuk penjara, Kusni Kasdut dikenal sebagai penjahat yang licin, karena sangat pintar meloloskan diri. Kusni sendiri merupakan penjahat spesialis barang² antik.

Pada akhirnya Kusni ditangkap dan dipenjarakan, mendapatkan hukuman mati. Namun sebelum akhir hidupnya dieksekusi mati, Kusni berkenalan dengan seorang imam Katolik. Kusni mendapatkan pertobatannya, dan dia dibabtis masuk Katolik, namanya menjadi Ignatius Kusni Kasdut.

Saat waktu kematiannya, Kusni Kasdut menyerahkan semuanya pasa Yesus, sesuai imannya, pertobatannya membuatnya siap, iklas atas hukuman yang harus diterima.

Imam Katolik yang tak disebut namanya itu ternyata adalah Romo Theodorus Tandyasukmana, CM. Ini saya ketahui dari cerita Romo Thomas, dimana dulu beliau juga pernah dibimbing oleh Romo Tandya ketika menjabat beberapa jabatan di lingkungan gereja.


Mengenal Romo Tandya
Romo Tandya wafat pada usia 86 tahun. Beliau lahir di Malang, 14 Maret 1933.  Panggilannya dimulai tahun 1951. Beliau ditahbiskan menjadi imam pada 01 November 1965. 

Romo Thomas bercerita bahwa Romo Tandya pernah bertugas sebagai ekonom konsultor tahun 1977-1989, bertugas untuk pemrosesan aset² gereja atau yayasan, saya agak kurang jelas mendengar. Yang jelas, Romo Thomas banyak mendapatkan bimbingan untuk menentukan apakah harus membeli atau tidak sebuah lahan yang akan digunakan untuk kepentingan gereja, Romo Tandya sering memberikan masukannya.


Ada hal menarik yang disampaikan Romo Thomas. Bahwa Romo Tandya tidak cukup cakap dalam berkotbah, malah terbilang buruk. Namun Romo Tandya berkotbah dalam tindakan dan perilakunya nyata.



Diatas adalah Misa Requiem dari Romo Tandya, mengenang sosok beliau, menghormati terakhir sebelum diantar ke peristirahatan terakhir, dia wafat sama seperti Kristus dengan harapan akan bangkit dalam kehidupan kekal.

Sosok imam Katolik yang membimbing Ignatius Kusni Kasdut (Waluyo) adalah Romo Tandya ini, bahkan rohaniawan yang membimbing hingga akhir hayatnya di depan eksekutor mati.

Jadi terjawab ya, imam Katolik yang diceritakan dibeberapa artikel mengenai Kusni Kasdut adalah Romo Tandya ini. Cerita yang tak diceritakan, tapi tercatat disisi yang lain. Karena karya unik beliau (Romo Tandya) yang berkarya dalam tindakannya.


Inilah yang bisa disebutkan sebagai contoh teladan, dimana ketika kita mampu hidup berbela rasa, solider. Dengan itulah cara membantu meringankan beban sesama.

Seperti Yesus yang mau merasakan apa yang dihadapi manusia, Dia mau menjadi serupa dengan manusia, menderita dan wafat. Karena hanya cara itu jika kita ingin meringankan beban orang lain, yaitu merasakan sendiri apa yang jadi bebannya, memikul bersama, inilah yang jadi sumber semangat mereka yang terbeban, merasa bebannya diringankan.


Yups itu saja yang bisa mimin bagikan, mengenal sosok atau tokoh yang bisa kita teladani.  Tidak ada kata terlambat untuk bertobat. Tuhan memberkati kita semua, berkah dalem. -cpr-

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Baca juga ini:
    https://jatim.inews.id/berita/kusni-kasdut-pejuang-kemerdekaan-yang-justru-dikenang-sebagai-penjahat-besar/2

    BalasHapus

Tinggalkanlah jejak dengan berkomentar, maka saya akan berkunjung balik.
Jangan lupa difollow ya.
Terima kasih, berkah dalem. GBU