Kisah Pelaut, Kenapa Kita Hanya Kenal "Nenek Moyangku Seorang Pelaut"

Pernah tahu lagu "... nenek moyangku seorang pelaut ...'? Pasti tahukan. Itulah lagu yang sering dinyanyikan ketika membanggakan bahwa Indonesia adalah negara maritim, dimana kita dikelilingi oleh lautan. Nelayan merupakan mata pencaharian sebagaian masyarakat kita selain petani.

Tapi pernah bertanya, kenapa seorang 'nenek' yang menjadi pelaut, bukan 'kakek'? Pernahkah bertanya tentang hal tersebut, mengapa?

Ini jadi bahan bercanda saya dan teman², ini bisa jadi pertanyaan unik yang tidak tahu jawaban pastinya. Seperti pertanyaan kemana sosok ayah yang ada di gambar biskuit merk Khongguan yang selalu ada setiap lebaran. Bayangkan berapa kali lebaran sang ayah tak pernah kembali.

Ilustrasi nelayan jaman dulu, menggambarkan bahwa nenek moyang ku seorang pelaut. Gambar diambil dari sini

Saya mencoba menjawab pertanyaan tadi, soal 'nenek', kenapa harus 'nenek' bukan 'kakek', padahal sosok laki² merupakan sosok kepala keluarga. Saya memulai menjawabnya dengan sebuah cerita.
____
Jadi pada dahulu kala memang sosok laki² lah yang sebenarnya melaut, mencari ikan, mereka melaut hingga berhari-hari, karena pada masa itu belum ada motor perahu, yang ada menggunakan tenaga angin untuk berlayar.

Laki² bertugas mencari nafkah dengan melaut, sedangkan wanitanya bertugas mengurus anak dan menjaga rumah, mengurusi urusan rumah tangga, memasak dan berkebun. Keluarga ini bertumbuh menjadi keluarga besar, anak² nya menikah hingga mempunyai cucu.

Laki² pelaut ini kini menjadi seorang kakek dan wanita yang tadi mengurus rumah tangga kini menjadi seorang nenek, karena sudah punya cucu. Suatu ketika, sang kakek ini tak kunjung kembali saat melaut. Berhari-hari ditunggu tak kembali, berminggu-minggu ditunggu tak kembali, berbulan-bulan ditunggu pun tak kembali, hingga bertahun-tahun.

Entah apa yang dihadapi kakek di laut, entah tenggelam, atau terombang-ambing atau sudah meninggal. Tidak ada yang tahu. Sang nenek pun harus berusaha sendiri menghidupi cucu² nya. Anak² nya harus merantau ke kota, otomatis nenek harus berjuang sendiri.

Pada akhirnya sang nenek harus turun ke laut menjadi nelayan. Sejak saat itulah, nenek menjadi nelayan yang tangguh. Ketika si nenek melaut, cucu² nya jaga rumah dan mengerjakan pekerjaan nenek selama ini.

Nenek berjuang melaut kemana pun angin membawanya, pergi melaut dengan tangan kosong, kembali dengan membawa ikan yang cukup banyak.

Sejak saat itulah, cucu² si nenek yang mulai beranjak besar mengingat dengan baik didalam memory mereka bahwa nenek moyangku seorang pelaut, mereka tidak ingat ketika mereka kecil sebenarnya kakek mereka adalah seorang pelaut handal juga.

Dari sinilah slogan "nenek moyangku seorang pelaut", hingga akhirnya tertanam dari generasi ke generasi, sampai saat ini.
_______

Kalau dipikir-pikir masuk akal juga sih ceritanya. Saya sampaikan cerita ini ke teman² mereka pun nyaris percaya lho dengan cerita ini.

Nah kira² beginilah sejarahnya kalau saya boleh ngarang ya.

Lalu ada pertanyaan tambahan dari teman². "Pantes ya tidak ada hari ayah, jadi sosok wanita, 'nenek' atau 'ibu' lebih dikenang kalau di Indonesia." Tapi jangan salah lho, kita juga punya koq hari ayah nasional, kapan itu? Simak sampai habis catatan ini.

Hmm, padahal peringatan hari ayah ada lho, kalau di luar negeri, contohnya di Amerika itu ada lho hari ayah. Tapi kenapa bisa begitu ya?

Nah kalau ini ada ceritanya lagi. Saya bisa jelaskan soal ini. Ini masih ada hubungannya dengan cerita yang tadi lho.


____
Jadi ketika sang kakek melaut hari itu, angin badai berhembus di tengah laut, layar perahu kakek terkoyak. Hari itu tangkapan kakek sangat banyak, otomatis perahu kakek sarat muatan. Ombak menghempas perahu kakek ke sana-kemari, terombang-ambinglah.

Kakek pun bingung saat ini ada dimana, karena kakek sempat pingsan karena terhempas. Sang kakek mengalami amnesia, dia terhempas ombak, terombang-ambing gak tahu kemana, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun terombang-ambing di laut. Kakek hanya makan ikan dari hasil tangkapannya.

Sampai tiba dia ditemukan oleh kapal besar dan membawanya ke sebuah daratan. Daratan itu ternyata Amerika. Di sana orang² kagum terhadap kakek, karena bisa bertahan di permukaan laut selama bertahun-tahun, hingga akhirnya bisa ditemukan.

Di daratan Amerika sang kakek dikenal dan di sana dia menjadi orang yang baru, dia melupakan kehidupannya yang lalu. Di sana dia menjadi laki² hebat, dan di sana sosoknya dikenal menjadi seorang bapak yang tangguh.

Sejak itulah awal mula dikenal suatu hari dimana ada penghormatan bagi sosok laki², sosok bapak atau ayah. Maka dari itu adalah peringatan father day di sana.
____


Kisah kedua ini agak absurd memang. Tapi ya kira² begitulah ceritanya. Sang nenek menjadi terkenal menjadi sosok "nenek moyangku seorang pelaut" dan si kakek terkenal menjadi sosok ayah yang tangguh, dikenal menjadi "father day".

Masuk akal kah?

Kalau menggunakan imajinatif ya masuk akal saja sih. Ya kira² begitulah kekuatan karangan. Tapi hati² hal begini jangan dipercaya ya, nanti jadi hoax, kan ini hanyalan kisah fiktif karangan penulis semata.

Ini saya coba cari tahu di Google, pendapat lain mengenai topik yang lagi kita bahas kali ini. Simak discreenshoot di bawah ini ya.

Screenshoot ini diambil dari sini

Sekedar menambah pengetahuan ya, hari ayah sendiri untuk nasional dirayakan setiap 12 November. Hari ayah sedunia atau internasional dirayakan setiap 21 Juni. Sedangkan di Amerika Serikat sendiri hari ayah modern mulai dirayakan pada abad ke-20. Pertama kali dirayakan 19 Juni 1910.  Nah itulah kira² sejarah yang benarnya ya, kalau bagian ini bukan hoax.

Jadi sudah paham kan cerita soal "nenek moyangku seorang pelaut". Sekali lagi ini cuma bercandaan saja ya, jangan dianggap serius. Ya bisa jadi bahan untuk standup jika mungkin. -cpr-


#repost catatan ini juga diposting di Naturality  Channel dengan judul yang sama

Posting Komentar

0 Komentar