Paus yang Dihukum Setelah Kematiannya

Gereja Katolik bisa besar dan berdiri kokoh di atas 'batu karang' itu karena proses yang panjang, semuanya tercatat dalam sejarah.

Sejak Paus Yohanes Paulus II, diteruskan oleh Paus Benediktus XVI yang kemudian mengundurkan diri lalu digantikan oleh Paus Fransiskus hingga saat ini tahta St. Petrus dilanjutkan oleh Paus Leo XIV, masyarakat non Katolik makin mengenal sosok pemimpin tertinggi umat Katolik dunia. Dalam sejarahnya hingga saat ini sudah ada 267 Paus yang pernah terpilih.

Meski ada juga Anti-Paus yang juga muncul diantara tahun² keterpilihan Paus yang resmi diakui gereja. Ya memang, Anti-Paus ini juga diakui kesejahrahannya hanya tidak resmi diakui sebagai pemimpin tertinggi gereja Katolik dunia. 

Gereja Katolik pernah mengalami masa² kegelapan, masa dimana Paus sebagai penerus tahta kerasulan St. Petrus harus ikut serta dalam perpolitikan dan keduniawian.

Ilustrasi, gambar diambil dari Google

Diantara masa² pendewasaan gereja itu, ada satu kisah unik dan ironis, dimana ada seorang Paus yang dihukum. Paus diketahui punya 'kekebalan' terhadap suatu kesalahan, namun kekebalan ini bukan hal yang (+) melainkan hal (-). Sehingga 'gereja' saat itu seperti 'mengukumnya', bahkan beliau dihukum setelah dia mati, dimana sejarah mengenal istilah ini, "synodus horrenda" atau sinode jenasah. Mari kita bahas lebih lanjut. 

Gereja yang saya maksud, saya beri tanda 'gereja' karena perintah penghukuman datang dari seorang Paus saat itu, dimana Paus dianggap pemimpin tertinggi gereja. 

Paus yang dimaksud (yang dihukum itu) adalah Paus Formosus (terpilih 891 - 896). Tidak diketahui nama lahirnya, tapi diketahui Paus Formosus lahir di Ostia, Italia, pada sekitar tahun 816.

Ilustrasi, Paus Formosus, gambar diambil dari Google

Formosus dalam bahasa Latin berarti tampan atau indah. Sebelum terpilih menjadi Paus menggantikan Paus Stefanus V (terpilih 885 - 891), merupakan seorang imam dan teolog.

Pada tahun 864 pada masa Paus Nikolaus I (terpilih 858 - 867), Formosus ditunjuk sebagai Uskup Porto (merupakan salah¹ keuskupan tertua di wilayah Italia). Pada tahun 875 Paus Yohanes VIII (terpilih 872 -  882) menugaskan Formosus ke Prancis untuk membantu misi di sana. 

Formosus saat itu ditengarai membujuk Raja Charles II, Raja Perancis untuk dimahkotai oleh Paus. Formusus kala itu dianggap bersaing dengan Paus Yohanes VIII yang terpilih, dianggap berusaha merebut Keuskupan Agung Bulgaria dan Tahta St. Petrus. 

Pada tahun 876, Formosus dituduh oleh Paus Yohanes VIII meninggalkan keuskupannya tanpa ijin dan 'diduga' atau memang merencanakan kudeta terhadap Paus. Bahkan Formosus juga sampai diekskomunikasi oleh gereja karena masalah tersebut. Dianggap melarikan diri ke Perancis karena tidak mau dipanggil kembali ke Roma untuk menerima keputusan ekskomunikasi dari gereja. 

Pada tahun 883 Formosus akhirnya dipulihkan dan diterima kembali dalam persekutuan Gereja Tuhan oleh Paus Marinus I (terpilih 882 - 884) 
 
Sejarah gereja mencatat, Formosus ini mempunyai peran perkembangan Kekristenan di Bulgaria. Selain itu, Formosus juga sering terlibat dalam politik gerejawi yang kompleks, hal itu yang membuatnya sempat diekskomunikasi oleh gereja, seperti yang dijelaskan di atas tadi. 

Formosus sebelum menjadi Paus berarti merasakan beberapa kepemimpinan Paus terpilih, diantaranya:
⛪ Paus Yohanes VIII (terpilih 872 - 882) 
⛪ Paus Marinus I (terpilih 882 - 884) 
⛪ Paus Adrianus III (terpilih 884 - 885) 
⛪ Paus Stefanus V (terpilih 885 - 891) 
*saya tuliskan tahunnya supaya terlihat ditime line

Bagaimana tidak terlibat pada perpolitikan, pada masanya, Paus Formosus harus menjaga keseimbangan antara kekuatan politik Kekaisaran Romawi Suci dengan Kerajaan Italia. Masalah mulai terjadi ketika Paus Formosus ini mendukung penerus tahta selanjutnya Kekaisaran Romawi Suci kepada Arnulf dari Karnten, seorang Raja Jerman. Ini yang memicu ketegangan dengan Keluarga Spoleto yang saat itu berkuasa di Italia. Selain masalah eksternal, masalah internal gereja juga, yaitu perselisihan antar keuskupan. 

Selain itu pada masa kepausannya, Paus Formosus juga menghadapi campur tangan dalam perebutan kekuasaan di atas Patriarkat Konstantinopel; Kerajaan Francia Barat; dan Kekaisaran Romawi Suci. Itu dari sisi internal. 

Pada masa kepausan Paus Formosus, Patriarkat Konstantinopel dijabat oleh beberapa pemimpin antara lain:
👑Patriark (St.) Stefanus I dari Makedonia (terpilih 886 - 893) *putera dari Raja Makedonia Basileios I,  yang diperintahkan Raja Michael III (Raja Makedonia sebelum Basil I) untuk menikahi gundiknya. Gundiknya ini punya seorang putera yaitu Stefanus dari Makedonia yang kelak menjadi Patriark Konstantinopel periode 886 - 893. Jadi bisa dikatakan anak dari dua raja, hanya secara genetik anaknya siapa tidak bisa dipastikan. 

👑 Patriark (St.) Antonius II dari Kauleas (terpilih 893 - 901) *Kaisar Leo VI mengangkat Antonius Kauleas menjadi Patriark setelah kematian saudaranya Patriark Stefanus I dari Makedonia. 


Kemudian dari eksternal ada ancaman dari Bangsa Saracen, yang menyerang Italia Selatan dan Sisilia. Kondisi ini memaksa beliau untuk menjalin kerjasama dengan penguasa Eropa untuk menjaga stabilitas gerejawi dan sekuler di Italia. 

Tindakan atau keputusan kontroversialnya lainnya adalah dengan menobatkan Guido II dari Spoleto menjadi Kaisar Romawi pada tahun 892. Guido merupakan seorang bangsawan Italia yang bermusuhan dengan wangsa Karoling, yang merupakan keturunan Charlemagne. Namun pada akhirnya, Paus Formosus bermasalah dengan Guido II. 

Awalnya menentang klaim Arnulf dari Karnten,  seorang Raja Jerman yang merupakan Sekutu Paus. Tapi akhirnya Paus Formosus menyesal dan kembali menjalin Sekutu dengan Raja Jerman, dan meminta Raja Jerman ini menyerang Roma untuk membebaskan Italia dari kekuasaan Guido II. Tahun 894 Raja Jerman Arnulf menaklukan seluruh Italia Utara, dan bergerak menuju Roma. Raja Guido II akhirnya meninggal dan meninggalkan putranya Lambert dan istrinya Agiltrude. 

Tahun 895 Raja Jerman Arnulf berhasil memasuki Roma setelah percobaan yang kesekian dan pada tahun 896 Raja Jerman Arnulf ini dimahkotai oleh Paus Formosus menjadi Kaisar yang sah. Setelahnya Kaisar Arnulf berusaha melawan keluarga Spoleto namun perlawanannya ini terhenti karena sang kaisar mengalami gangguan kesehatan. 


Pada tahun 896 diketahui Paus Formosus meninggal dunia oleh karena sebab yang alami. Yang jadi kontroversial adalah beliau dihukum setelah dia meninggal dunia. Kepausannya dilanjutkan oleh Paus Stefanus VI (terpilih 896 - 897).

Atas perintah Paus Stefanus VI, makam dari Paus Formosus digali dan jenasahnya dikeluarkan dan diberikan pakaian kembali (jubah kepausan) seperti layaknya orang hidup, tapi ini adalah jenasah. Setelahnya Paus Formosus yang telah menjadi jenasah atau mayat (sembilan bulan sejak kematiannya) ini diadili untuk beberapa tuduhan.

Jenasah Paus Formosus diadili di ruang sidang di Basilika St. Yohanes Lateran. Sidang ini dipimpin oleh Paus Stefanus VI. 

Sidang terhadap jenasah ini berakhir dengan sebuah keputusan miris, diantaranya adalah pernyataan bahwa Paus Formosus tidak layak menjadi Paus, melanggar hukum Kanon hingga dianggap menduduki tahta kepausan dengan tidak sah. 

Kemudian, tubuhnya yang tengah membusuk itu kemudian dilucuti pakaiannya (jubah kepausannya? dan lalu masih belum cukup puas, tiga jari tangan kanannya yang digunakan untuk memberkati dipotong/dipenggal, lalu terakhir jenasahnya itu diseret di jalanan Kota Roma dan lalu  diakhiri dengan dilemparkan jenasah itu ke Sungai Tiber. 

Rakyat Roma yang marah akan perlakuan keji seperti ini lalu menggulingkan kepausan Paus Stefanus VI. Paus Stefanus VI diketahui mendukung keluarga bangsawan wangsa Spoleto dari Kerajaan Italia, sehingga jelas karena perbedaan pandangan politik inilah yang menyebabkan munculnya keputusan keji, 'Sinode jenasah' tersebut. 

Paus Stefanus VI akhirnya ditangkap dan dipenjarakan, hingga akhirnya beliau wafat dipenjara, diduga dibunuh dengan dicekik oleh lawan politiknya. 

Pada masa ini dikenal sebagai masa kegelapan gereja atau dalam bahasa Latin, "Saeculum Obscurum" atau zaman Kegelapan. Kemudian kepausan dilanjutkan oleh Paus Romanus (terpilih 897 - 897) yang terpilih dan hanya menjabat selama beberapa bulan saja. Bukan karena wafat tapi mengundurkan diri atau digulingkan. 

Pada masa kepausan  Paus Yohanes IX (terpilih 898 - 900) keputusan Sinode Jenasah itu dibatalkan dan memulihkan nama baik Paus Formosus. 

Itulah dia kisah seorang Paus yang mengalami tindakan atau perlakuan yang tidak terpuji oleh akibat religius dicampur adukan dengan perpolitikan duniawi, kepemimpinan seorang Paus dijadikan dukung mendukung pihak² tertentu. 

Tapi itulah sejarah, bisa menjadi bahan pelajaran sangat berharga, ambil yang baik dan tinggalkan yang kurang baik tapi tidak untuk mengabaikan atau melupakannya, sejarah itu tetap ada bukan untuk menghilangkannya dan diganti sejarah baru, itu adalah perilaku yang sangat salah. 

Segitu saja sharing² soal Paus yang mendapatkan perlakuan yang tidak baik oleh penerusnya. Gereja tidak selalu sempurna, gereja terus tumbuh dan berkembang, dari ketidaksempurnaan itulah gereja berbenah untuk jadi lebih baik, sekaligus jadi bahan pelajaran para klerus untuk melayani seperti Yesus sendiri. 

Untuk para awam, mendukung gereja dan hidup dengan seturut perintah-Nya, sehingga tidak merongrong gereja dan menarik gereja ke dalam politik praktis dengan kekayaan. Sejarah adalah guru yang paling berharga, jadi barang siapa mengabaikan sejarah maka mereka tidak akan pernah belajar. -cpr

#onedayonepost
#budaya
#sejarah
#tokoh
#informasi
#pausformosus
#sinodejenasah

Posting Komentar

0 Komentar